Asmaul Husna

Photobucket

Kamis, 21 Januari 2010

Ideologi Dakwah Rasulullah

Oleh. Lidya Agustina

Suatu ketika, hanya ada satu jalan lurus yang mampu mengantarkan umat Islam menuju surga Allah. Sebuah jalan dan arah mata angin menjadi nyata dan tidak membingungkan. Begitulah ilustrasi hikmah pengutusan Rasulullah ke muka bumi ini.

Dalam Sejarah Islam, Rasulullah diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ketika masyarakat Arab berada dalam zona hayawaniyah dan jahiliyah yang teramat sangat. Kemudian Rasulullah memperbaiki kondisi tersebut dengan jalan dakwah. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas tentang kejayaan yang pernah digenggam oleh umat Islam ketika mereka senantiasa teguh berpegang pada ajaran Islam seutuhnya. Salah satu penyebab dari problematika umat Islam yang kian bertumpuk dari hari ke hari adalah kurangnya pemahaman umat Islam terhadap diin Islam itu sendiri.

Dakwah merupakan cara yang diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Jadi, dengan dakwahlah kita dapat mengembalikan pemahaman seutuhnya tentang Islam.

Mengenai kewajiban dakwah, Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 104:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imron : 104)

Kehidupan Rasulullah adalah kehidupan dakwah, kehidupan berjuang menghadapi berbagai pemikiran kafir, dan kehidupan mengemban risalah yang diamanahkan Allah SWT untuk disampaikan kepada manusia secara keseluruhan selama dua puluh tiga tahun lamanya, Beliau berjuang bersungguh-sungguhdan tidak mengenal lelah, berdakwah terus menerus tidak pernah sekejap pun berhenti. Mengajak manusia kepada Islam. Ia memulainya dengan menyebarkan aqidah Islam seraya mendobrak segala bentuk pemikiran dan pandangan hidup yang menyesatkan dan menghancurkan segala bentuk kepercayaan dan tradisi nenek moyang yang jahiliyah, mengarahkan umat pada suatu kekuatan pelindung dakwah agar bisa menyebar luas ke seluruh pelosok sudut-sudut dunia dengan menggunakan taktik dan strategi dalam perjuangannya.

Apabila kita kembali kepada Al Qur’an dan As-Sunnah, terutama dengan mempelajari kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw, jelas bagi kita bahwa untuk mengemban dakwah diperlukan berbagai kesiapan, di antaranya:

1. Membutuhkan adanya keterusterangan (tidak menyembunyikan atau menutup-nutupi kebenaran). Keterusterangan itu nampak dari sikap Rasullulah saw dalam setiap kata yang diucapkan dan kejelasan setiap pemikirannya.

2. Membutuhkan adanya keberanian.
Keberanian Rasulullah saw yang paling menonjol dalam menyampaikan dakwah secara terang-terangan, tampak sekali antara lain pada saat beliau masih seorang diri; tidak ada penolong (kecuali Allah SWT), pendukung atau pembelanya, dan tidak ada harta atau senjata melainkan hanya keimanan yang kokoh kepada Allah SWT, serta keyakinan yang kuat terhadap adanya pertolongan Allah SWT. Pernah suatu ketika Abu Jahal datang melarang beliau shalat di Ka’bah, tetapi beliau tidak mempedulikannya, bahkan kembali mengulang shalatnya. Ketika itu Abu Jahal mengancam hendak menginjak leher beliau ketika sedang bersujud. Namun, tidak seorang pun di antara mereka baik Abu Jahal maupun pemimpin Mekah lainnya yang dapat menghentikan perbuatan rasulullah untuk shalat di Ka’bah.

3. Membutuhkan adanya keteguhan jiwa.
Meskipun Rasulullah menghadapi berbagai intimidasi dan provokasi dari kaumnya agar beliau meninggalkan dakwah, kemudian ditawari dengan kesenangan dunia berupa kekuasaan, harta benda, wanita, namun beliau dengan keteguhan hatinya senantiasa tegar, konsisten dan konsekuen. Keteguhan Rasulullah pun tetap beliau tampakkan di hadapan keluarganya, seperti ketika Abu Thalib pamannya meminta beliau untuk menghentikan dakwah agar tidak menyulitkan posisi pamannya di hadapan para pemuka Quraisy, Rasulullah berkata, “Demi Allah, hai pamanku. Seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku meninggalkan perkara dakwah ini, tiadalah akan aku tinggalkan sampai Allah memenangkan dakwah atau aku binasa karenanya.”

4. Membutuhkan pemikiran dan pengetahuan.
Dakwah pun memerlukan pemikiran dan pengetahuan, karena ayat pertama yang diturunkan adalah: “Bacalah, dengan menyebut nama Rabbmu yang menciptakan.” (QS. Al-‘Alaq: 1)
Dalam melaksanakan fase demi fase dakwahnya, Rasulullah senantiasa dibimbing oleh wahyu, bukan tanpa suatu perencanaan dan perhitungan yang matang. Hari ini, umat kembali membutuhkan orang yang memiliki tanggung jawab serta semangat untuk melanjutkan risalah dakwah Islam, kemudian bahu membahu bekerja sama mewujudkan kembali tegaknya hukum Allah di muka bumi ini, serta menciptakan kembali generasi seperti para sahabat yang pemikiran, pemahaman, perasaan dan pandangan serta perilaku hidupnya senantiasa dipersembahkan untuk Islam dan hidupnya senantiasa dipersembahkan untuk Islam dan keridlaan Rabb-Nya semata.

Sungguh, jika kita telah berbuat sesuai dengan garis perjuangan Rasulullah, berjalan bersama di atas jalan yang pernah beliau lalui, pastilah kemenangan akan dekat. Tinggal sejauh mana kita datang, dan pertolongan Allah sesungguhnya adalah berusaha dihadapanNya.

Mahasiswi semester VII
Asal Banjarmasin

Tidak ada komentar: